Tanggapan Ulil Abshar-Abdalla atas Tulisan Katrin Bandel soal Politik Sastra Utan Kayu
Written by eastern writer on Monday, May 19, 2008Kalau mau nakal, kita bisa juga memakai perspektifnya Edward Said untuk "mengusili" Si Katrin yang "bandel" ini. Saya bisa saja mengatakan, orang "bule" macam Katrin ini memandang "rendah" orang-orang kulit coklat macam Ayu Utami. Orang kulit coklat, apalagi dari Indonesia, mustahil mencapai reputasi besar di mata orang Eropa dalam bidang sastra, kecuali dengan "tipuan", dan sedikit "make up".
Jadi, Katrin ini diam-diam melaksanakan "orientalisme" dalam bentuknya yang sangat buruk. Itu kalau kita mau "suuzzann" atau berburuk sangka. Tapi, ya ngapain. Yang jelas, saya menikmati Saman sebagai karya yang baik, dengan kualitas berbahasa yang menurut saya, sebagai orang awam dalam bidang sastra, sangat baik.
Saya harus jujur, tulisan Katrin itu disampaikan dengan bahasa Indonesia yang sangat baik, dengan artikulasi yang baik pula. Saya begitu terkesan dengan kemampuan berbahasa si "bule" ini.
Lagi-lagi, kalau saya mau bersikap "usil", saya bisa bertanya: apakah ini artikel tulisan Katrin sendiri, atau "buatan" Si "SS" yang terkenal itu? Atau kolaborasi antara Katrin dan "SS"?
Saya tak mau usil. Jadi pertanyaan itu hanya "penghandaian" saja. Saya menghargai kritiknya Katrin, walaupun kritiknya ini dilaksanakan bukan dengan cara menelisik teks Saman, sebaliknya bermain-main dengan aspek politik dari karya itu. Dan tidak apa-apa toh kritik sastra hanya mengudak-udak aspek politik sebuah karya?
Ulil Abshar-Abdalla
Department of Near Eastern Languages and Civilizations
Harvard University
Source: Milis Jurnal Perempuan or see the complete discussion at Milis Kunci
1 komentar: Responses to “ Tanggapan Ulil Abshar-Abdalla atas Tulisan Katrin Bandel soal Politik Sastra Utan Kayu ”
By Anonymous on November 14, 2008 at 1:43 PM
mas kalo ber-asumsi dilandaskanlah, jadi ga suuzon, kan ini namanya pembacaan yang ga ada bahwa ada kolaborasi Katrine dan Saut, lagipula itupun ga begitu masalah karena pengaruh dan inspirasi tulisan itu memang tidak bisa direduksi. Karena dunia ini bukan laboraturium yang variabel bebasnya bisa dikendalikan.
Lagipula, coba dibahas, kritik atas kritik, atau setidaknya tanggapan dari kritik, atau analisis dari kritik katrine terhadap Ayu dengan penjabaran dan pembedahan yang jelas. Penafsiran hanya sebatas bentuk politik seperti apa? orientalismenya dimana?
mungkin saja mas benar, tapi karena alasan mas ga mas terakan, saya membaca tulisan ini jadi tidak bisa menarik kesimpulan apapun dan tidak mengerti dasar dari setiap asumsi-asumsi yang mas buat.
Sekian aja dari saya.