Poem by Abdul Hadi WM
Written by eastern writer on Friday, April 11, 2008Abdul Hadi Wiji Muntahari also known as Abdul Hadi WM is one of Indonesian Poet which famous for his poem conceptions contain sufistic nuance, which inspired from moslem' poet Faridduddin Attar, announced his poem at Berita Buana cultural daily in the decade of 1980s has influenced Indonesian religious poem. He has wrote a lot of poems and translated some work from middle east author, just mention one of them "al-Matsnawi al-Maknawi" one of masterpiece from Jalāl-ad-Dīn Rūmī, a 13th century Persian poet, Islamic jurist, and theologian. To know more about Abdul Hadi WM, let enjoy his following poems:
Barat dan Timur
Barat dan Timur adalah guruku Muslim, Hindu, Kristen, Buddha, Pengikut Zen dan Tao Semua adalah guruku Kupelajari dari semua orang saleh dan pemberani Rahasia cinta, rahasia bara menjadi api menyala Dan tikar sembahyang sebagai pelana menuju arasy-Nya Ya, semua adalah guruku Ibrahim, Musa, Daud, Lao Tze Buddha, Zarathustra, Socrates, Isa Almasih Serta Muhammad Rasulullah Tapi hanya di masjid aku berkhidmat Walau jejak-Nya Kujumpai di mana-mana.
Pembawa Matahari
Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992)
Republika Online edisi : 05 Dec 1999
Dalam Pasang
Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang saudara Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan lainnya
Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan Menunggu ketakpastian
Telah mereka hancurkan rumah harapan kita Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita Hingga tak ada yang mesti kuceritakan padamu lagi tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik ketenteraman ke tepi
Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini yang bisa menghanguskan kota ini lagi - Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak tertahankan lagi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan dan mimpi Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin Kita....
Pembawa Matahari
Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992)
Republika Online edisi : 05 Dec 1999
Ketika Masih Bocah
Ketika masih bocah, rumahku di tepi laut Bila pagi pulang dari perjalanan jauhnya Menghalau malam dan bayang-bayangnya, setiap kali Kulihat matahari menghamburkan sinarnya Seraya menertawakan gelombang Yang hilir mudik di antara kekosongan
Sebab itu aku selalu riang Bermendung atau berawan, udara tetap terang Setiap butir pasir buku pelajaran bagiku Kusaksikan semesta di dalam Dan keluasan mendekapku seperti seorang ibu
Batang kayu untuk perahu masih lembut tapi kuat Kuhadapkan senantiasa jendelaku ke wajah kebebasan Aku tak tahu mengapa aku tak takut pada bahaya Duri dan kepedihan kukenal Melalui kakiku sendiri yang telanjang
Arus begitu akrab denganku Selalu ada tempat bernaung jika udara panas Dan angin bertiup kencang Tak banyak yang mesti dicemaskan Oleh hati yang selalu terjaga Pulau begitu luas dan jalan lebar Seperti kepercayaan Dan kukenal tangan pengasih Tuhan Seperti kukenal getaran yang bangkit Di hatiku sendiri
Pembawa Matahari
Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992)
Republika Online edisi : 05 Dec 1999
:: those poems previously collected and published at http://www.geocities.com/paris/parc/2713/ahwm.html
Abdul Hadi WM at PDAT (Tempo Decumentation Resource)
ABDUL HADI WIDJI MUTHARI (Abdul Hadi W.M.)
''Saya lebih senang disebut sebagai penyair saja,'' ucap Abdul Hadi Widji Muthari. Selebihnya, seperti jabatan redaktur kebudayaan harian Berita Buana, dan anggota Dewan Pimpinan Harian Dewan Kesenian Jakarta, dapatlah dianggap sebagai tambahan.
Puisi adalah getar nadinya. ''Saya menyukai puisi sejak saya jatuh cinta,'' kata Hadi. Yakni ketika di SMP. Kemudian, ia merasa dimatangkan oleh karya-karya Amir Hamzah, Chairil Anwar, serta dorongan orangtua, kawan, dan guru.
Sebagaimana anak Madura lainnya, Hadi adalah ''Anak Laut, Anak Angin'', seperti bunyi judul kumpulan puisinya. Padahal, darah Maduranya hanya sebagian. Selebihnya Cina dan Jawa. Namun, bakat seni memang mengalir deras dalam dirinya, mewarisi keluarga yang suka karya sastra, ayah yang gemar melukis, dan kakek yang senang bersenandung Mocopatan, dan membaca sastra Jawa.
Masa kecilnya sudah dijejali dengan bacaan berat. Semula bercita-cita menjadi pemikir. Artinya, ''Yah, semacam filosof yang menerbitkan ide-ide baru.'' Plato, Socrates, Imam Ghazali, R. Tagore, dan Iqbal, dikenalnya betul, paling tidak demikianlah perasaannya. Dan untuk memenuhi keinginan batinnya, ia meninggalkan Fakultas Sastra, dan pindah ke Fakultas Filsafat.
Sekitar 1970-an, nama Abdul Hadi mencuat. Para pengamat menilai Hadi sebagai pencipta puisi yang bersuasana hati. Hadi memang menulis tentang kesepian, kematian, dan waktu. Makin lama, warna mistis Islamnya makin menonjol, dan kadang malah menyatu dengan mistis Jawa. Kumpulan puisi Meditasi yang memenangkan hadiah buku puisi DKJ terbaik 1978, dan buku Hamzah Fansuri, Penyair Sufi Aceh, mewakili kecenderungan religiusnya.
Orang sering membandingkan Abdul Hadi dengan Taufiq Ismail, yang juga berpuisi religius. Hadi membantahnya. ''Dengan tulisan, saya mengajak orang lain untuk mengalami pengalaman religius yang saya rasakan. Sedang Taufiq hanya menekankan sifat moralistisnya,'' katanya.
Hingga kini sudah enam kumpulan puisi yang diterbitkannya. Empat buku lainnya bukan puisi. Dengan istrinya, Tedjawati, yang menjadi pelukis, Hadi sering terlibat diskusi soal seni. Ia juga menyukai karya Bach, Beethoven, dan The Beatles.
UPDATE :
Abdul Hadi WM menerima tawaran dari University Sains Malaysia yang memberinya
kesempatan menjadi "ahli cipta" di Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, University Sains Malaysia, tahun 1992. Posisinya sebagai "ahli cipta" di perguruan tinggi yang berlokasi di Penang, Malaysia itu membuka peluang mengikuti program doktoral di perguruan tinggi itu dalam bidang sastra. Ia menyusun tesis Estetika Puisi Hamzah Fanzuri (Kajian tentang Hamzah Fanzuri). Sampai saat ini, Abdul Hadi sering menjadi pembicara seminar atau baca puisi.
0 komentar: Responses to “ Poem by Abdul Hadi WM ”